Sebagaimana peranti digital lainnya, periferal komputer senantiasa mengalami perkembangan yang mengembirakan.
Sebuah  PC tak akan lengkap tanpa kehadiran periferal pendukung seperti printer  dan scanner. Keduanya semakin hari semakin dirasa menjadi kebutuhan  pengguna PC.
Kali  ini kita tidak akan membicarakan kegunaan atau cara penggunaannya. Tapi  kita akan bersama-sama melihat perkembangan dunia periferal, khususnya  dari evolusi fungsi dan fiturnya yang semakin komplit.
Tukang Cetak Digital
Bicara  soal printer, ada tiga jenis printer yang biasa Anda jumpai, yaitu  printer dot matrix, printer inkjet, dan laser. Sebenarnya ada dua jenis  printer lagi, yaitu plotter (printer yang menggunakan pen dalam mencetak  gambar di atas kertas), dan thermal printer (printer yang menggunakan  pin panas untuk "membakar" gambar di atas kertas khusus yang sensitif  terhadap panas). Yang dua terakhir ini tentunya tidak untuk keperluan  rumahan.
Printer  dot matrix bisa dibilang sebagai printer yang pertama menjadi pasangan  PC. Printer jenis ini cenderung berisik, mengingat proses kerjanya yang  masih menggunakan print head yang dilengkapi dengan pin, yang  menembak/memukul pita printer untuk menghasilkan titik-titik pada  kertas. Lebih simpelnya mirip dengan cara kerja mesin ketik manual.  Ratusan titik inilah yang akan memunculkan gambar atau teks. Biasanya  kita bisa menemuinya di wartel-wartel pinggir jalan.
Printer  pertama jenis ini mulai diperkenalkan oleh Epson pada tahun 1978  melalui produknya TX-80. Printer yang dibangun dalam tempo tiga bulan  ini, pada saat itu kurang mendapatkan sambutan yang baik, kecuali oleh  Commodore yang menggunakannya sebagai printer PET-nya.
Epson  kemudian mulai membangun generasi printer selanjutnya bernama MX-80.  Proses penggarapannya memakan waktu jauh lebih lama, yaitu sekitar dua  tahun dan baru dirilis pada tahun 1980. Printer ini kemudian menjadi  printer dengan penjualan terbaik di Amerika, dan menjadi printer standar  untuk mikrokomputer.
Selanjutnya,  Epson terus mengembangkan printer ini dan menjadi merek andalan untuk  kelas dot matrix. Printer jenis ini mulai dikenal dan digunakan sejak  akhir tahun 1980-an. Anda pasti kenal dengan Epson seri LX300, LX800,  atau LQ2180, yang sampai saat ini masih digunakan di beberapa kantor di  Indonesia walaupun sudah mulai dirtinggalkan.
Hadirnya  printer inkjet sendiri sedikit demi sedikit akhirnya menggeser  popularitas printer dot matrix. Sebenarnya teknologi ink jet sendiri  sudah mulai dirintis dan diperkenalkan pada tahun 1950-an, yang kemudian  diterapkan pada ink jet typewriter pada awal tahun 1960-an.
Namun,  riset besar-besaran penggunaan teknologi ink jet pada printer baru  dimulai pada tahun 1970-an, ketika hampir semua produsen printer memulai  program riset mereka.
Karena  teknologi printer ink jet mengandalkan semprotan tinta dalam mencetak,  maka harus diciptakan sebuah kontrol untuk aliran tinta dan mencegah  tinta mbleber ke kertas, atau tinta yang terlalu cepat kering, dan  menutup print head.
Kualitas  cetak pada printer inkjet akan sangat tergantung pada perpaduan antara  tinta, print head, dan material yang akan dicetak, misalnya kertas,  transparansi, atau media lain.
Pada  akhir tahun 1980-an, Canon dan Hewlwtt-Packard akhirnya dapat  menghsilkan dan mulai memasarkan printer ink jet dengan kualitas cetak  yang bagus. Selanjutnya, printer ink jet terus dikembangkan oleh  berbagai produsen printer.
Keberadaan  printer ink jet dengan harga terjangkau dan hasil yang lebih baik mulai  menggeser kejayaan printer dot matrix. Printer ink jet sendiri dari  waktu ke waktu makin mengalami kemajuan dalam kualitas cetak. Dengan  teknologi Photo Realistic, hasil cetak printer ink jet dapat mendekati  kualitas foto.
Selain  perkembangan kualitas warna, printer ink jet juga mengalami kemajuan  dalam ketajaman hasil cetakan, yang ditandai dengan tingginya nilai dpi  (dot per inch) dari sebuah printer.
Harga  printer pun dari waktu ke waktu semakin murah, bahkan saat ini pun  dengan dana sekitar Rp 600.000,-an, Anda sudah dapat membawa pulang  sebuah printer dengan kualitas cetak lumayan.
Hanya  saja, jangan kaget jika Anda mendapati harga catridge tinta asli masih  tetap lumayan mahal. Sebab, memang dari penjualan teknologi tintalah  para produsen printer ink jet ini mencari laba.
Tak heran jika Anda membeli 3-5 catridge harganya bakal sama dengan harga printer ink jet itu sendiri.
Berbeda  dengan printer dot matrix dan ink jet, printer jenis laser memiliki  konsumen sendiri. Harganya yang cenderung mahal membuat printer ini  hanya dipakai oleh konsumen korporat, dan segelintir konsumen  perorangan.
Teknologi  printer laser ini bermula pada tahun 1983, ketika Chester Carlson  menemukan teknologi proses dry printing yang disebut electrophotography.  Inilah yang selajutnya menjadi teknologi dasar untuk printer laser.
Pada  waktu itu, hampir selama sembilan tahun, Carlson mencoba menjual idenya  ke berbagai vendor seperti RCA, General Electric, Eastman Kodak, dan  IBM, Namun, mereka semua menolaknya.
Pada  tahun 1949, Haloid Co., sebuah perusahaan kecil yang berlokasi di New  York, Amerika, menyetujui untuk mendanai riset dari pengembangan  electrophotography. Riset kemudian difokuskan pada bagaimana membuat  sebuah teknologi proses dry copying.
Akhirnya,  riset tersebut menelorkan teknologi dry writing yang diberi nama  Xerography. Selanjutnya, perusahaan Haloid pun mengubah namanya menjadi  Xerox Corporation.
Pada  tahun 1959, Xerox meluncurkan mesin photocopy pertamanya yang bernama  Xerox 914 ke pasar Amerika. Sejak saat itu, proses Xerography menjadi  teknologi yang medominasi mesin photocopy.
Setelah  berhasil mengimplimentasikan Xerography pada mesin photocopy, pada  tahun 1978, Xerox mengadopsi teknologi tersebut pada sebuah printer,  dengan diperkenalkannya printer laser 9700. Printer ini menjadi printer  laser pertama yang dipasarkan di Amerika dan dunia.
Printer  tersebut dapat mencetak 120 halaman per menitnya, dan menjadi printer  laser tercepat yang ada pada zaman itu. Namun, printer 9700 ini memiliki  bentuk yang besar dan harga yang mahal.
Pada  awal tahun 1984, Hewlett-Packard meluncurkan printer "LaserJet" dengan  kemampuan cetak 8 halaman per menit. Satu yang menjadi catatan penting  dari printer ini, yaitu penggunaan all-in-one toner cartridge yang dapat  diganti.
Pada  tahun 1986, muncul industri yang mendaur ulang toner cartridge kosong,  sehingga membuat biaya operasional cetak untuk printer laser makin  murah.
Perkembangan  printer laser selanjutnya lebih kepada kecepatan cetak, ketajaman  cetak, dan fenomena lahirnya printer laser berwarna. Perkembangan  terakhir yang sangat menggembirakan adalah harga printer laser yang  semakin murah dan terjangkau, sehingga menjadikannya printer alternatif  dengan niaya operasional yang lebih murah dibandingkan printer ink jet.
Perkembangan Scanner
Svanner  menjadi periferal kedua yang paling dibutuhkan setelah printer. Sebab,  alat ini mampu mengubah gambar, foto, poster, maupun dokumen cetak Anda  menjadi sebuah file gambar yang bisa Anda edit dan lihat di layar  monitor Anda, atau dokumen teks digital yang bisa Anda baca menggunakan  software seperti Microsoft Word.
Perkembangan  scanner berawal pada tahun 1975, ketika Ray Kurzweil dan timnya  menciptakan Kurzweil Reading Machine beserta software Omni-Font OCR  (Optical Character Recognation) Technology. Software ini berfungsi  mengenali teks yang ada dalam objek scan dan menerjemahkannya menjadi  data teks.
Dari  situlah, teknologi scanner berawal dan terus berkembang sampai saat  ini. Dan kini, scanner sudah dapat digunakan untuk men-scan objek tiga  dimensi dan film negatif.
Jika  ditinjau dari jenisnya, scanner dapat digolongkan menjadi tiga, scanner  foto, flatbed, dan sheet-fed. Dari ketiga jenis scanner tersebut, jenis  flatbed-lah yang paling populer saat ini.  
Scanner  foto berfungsi memindai film negatif menjadi sebuah file gambar  beresolusi tinggi yang siap cetak. Sedang jenis flatbed yang merupakan  type scanner tradisional memiliki bentuk mirip sebuah mesin fotokopi,  dengan lempengan kaca dan head plus lampu yang bergerak dari ujung yang  satu ke ujung yang lain, saat proses scanning berjalan.
Kelebihan  scanner jenis ini selain mudah digunakan, juga ukuran yang tepat dan  resolusi tinggi. Sedangkan kelemahannya, kaca yang mudah kotor bakal  mempengaruhi hasil scan, dan bentuknya memakan ruang.
Pada  scanner jenis sheet-fed, untuk melakukan scanning, Anda tinggal  menyodorkan kertas yang akan di-scan ke salah satu ujung scanner, dan  roda mekanik akan menarik kertas melewati bagian bawah scanning head.
Bentuknya  yang kecil memudahkan penggunanya untuk membawa dan memanfaatkannya.  Kekurangan scanner jenis ini adalah tidak dapat men-scan kertas  berukuran kecil seperti pas foto, atau guntingan artikel koran. Di  samping itu, scanner model ini tidak dapat men-scan benda tiga dimensi.  (Komputer Aktif, 43) by baengloeng QT b
 

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar